Minggu, 18 Januari 2015

Cerita Hellen Keller dan Annie Sullivan



            Hellen Keller lahir pada tanggal 27 Juni1880 di Tasukambia di Alabama, AS. Sewaktu ia  berusia 19 bulan dia terjatuh di kamar mandi. Akibatnya dia buta dan tuli seumur hidup. Orang tuanya ingin memperlakukan Hellen seperti anak-anak normal lainnya. Akhirnya, saat Hellen berumur 7 tahun, ayahnya meyerahkan pendidikan Hellen kepada seorang guru yang datang ke rumahnya. Guru itu bernama Annie Sullivan. Sullivan sangat terbeban untuk menolong orang yang cacat, dan dia pun hanya bisa melihat samar-samar saja karena sakit yang dideritanya pada masa kanak-kanak.

Mula-mula Sullivan mengajarkan Hellen memakai sendok dengan cara yang rapi untuk makan. Kemudian Hellen diajarkan nama tiap-tiap benda. Sullivan menuliskan b.o.n.e.k.a dengan jarinya di telapak tangan Hellen, sementara itu ia mengajak Hellen meraba boneka yang sedang didekapnya. Berulang-ulang hal itu dilakukan. Kemudian Hellen pun menuliskan b.o.n.e.k.a di telapak tangan ibu Sullivan.

Pada suatu hari yang cerah, mereka pergi ke pompa air di halaman. Di sana ibu Sullivan memberinya sebuah gelas, lalu ditulisnya huruf g.e.l.a.s di telapak tangannya. Setelah itu, dipompanya air dan tangan Hellen diletakkannya di bawah pancuran pompa. Air melimpah menimpa tangan Hellen. Kali ini ibu Sullivan menulis a.i.r. Kini, Hellen sadar bahwa wadah yang digenggamnya itu adalah gelas, dan yang dingin itu adalah air. Setelah hafal banyak kata-kata, Hellen mulai belajar mengenal huruf Braille. Hellen mulai belajar tentang banyak hal yang ada di dunia yang sampai sekarang belum diketahuinya. Ia sekarang tahu tentang mimpi, cita-cita, dan kegembiraan.

Ketika Hellen berusia 10 tahun, ia masuk ke sekolah Horseman. Letaknya jauh dari rumah. Di sana ia akan belajar dan berlatih berbicara dengan bibir. Menjelang keberangkatannya, ibunya menuliskan sesuatu di telapak tangan Hellen, “Jaga dirimu baik-baik. Maju terus ya, kami mencintaimu”. Hellen pun mengambil tangan ibunya, dan menuliskan, “Saya pergi, Bu. Doakan Hellen ya !” Ibunya tak dapat menahan air mata mengantar kepergian Hellen.

Di sekolah Horseman, mula-mula ia diajar metode latihan oleh ibu Sullivan. Dengan metode ini, ibu Sullivan memasukkan tangan Hellen ke dalam mulutnya, sehingga pada saat berbicara, Hellen merasakan gerakan bibir dan lidah. Hellen memasukkan tangannya ke dalam mulutnya sendiri, dan ia berusaha untuk berucap. “Betapa inginnya ia bisa berbicara,” kata ibu Sullivan terharu melihat kesungguhan Hellen. Hellen terus berlatih walau dengan susah payah. Akhirnya sedikit demi sedikit ia bisa berbicara.

Liburan musim panas telah tiba. Hellen dan Ibu Sullivan pulang ke rumah setelah lama pergi. Hellen sudah rindu sekali dengan keluarganya dan suasana di rumah. Ayah, ibu serta adiknya menjemput Hellen dengan perasaan harap-harap cemas. Begitu sampai di depan rumah, Hellen langsung lari mendapatkan ibunya, “Ayah! Ibu! Saya pulang,” teriaknya sambil berlari. Dari mata ibunya, mengalir air mata kebahagiaan. ”Hellen, panggil ibu sekali lagi”. “Ibu, ibu!”, demikian Hellen memanggil ibunya lagi. Mereka sangat terharu bertemu dengan Hellen.

Setelah lulus sekolah, dia meneruskan ke Perguruan Tinggi di Radclife. Ibu Sullivan menemani Hellen selama kuliah dengan cara ”mengeja” apa yang dikuliahkan pada tangan Hellen. Pada tahun 1904, setelah mempelajari bahasa Jerman, Yunani, Latin dan Perancis, Hellen Keller menjadi orang buta dan tuli yang pertama yang mendapatkan gelar sarjana. Dan gelar ini dia peroleh dengan predikat cum laude.

Dia menulis 14 buku, memberi kuliah di Perguruan Tinggi, mengunjungi Gedung Putih, dan berkeliling dunia mengunjungi 20 negara untuk orang-orang yang cacat  tubuh seperti buta, tuli, dan bisu.

Suatu waktu, ketika Ratu Inggris Victoria menyematkan tanda penghargaan Inggris yang tertinggi bagi orang asing, bertanya kepada Hellen Keller, “Bagaimana anda mendapatkan pencapaian yang menonjol dalam kehidupan ?” Bagaimana anda menjelaskan kenyataan bahwa,  walaupun anda tunanetra dan tunarungu, anda bisa mencapai begitu banyak ?” Tanpa keraguan barang sedikit pun, Hellen Keller mengatakan, “Kalau tidak ada Annie Sullivan, nama Hellen Keller tetap tidak akan terkenal” (Fuxie, hal 89-91). 

Selamat beraksi - refleksi atas cerita di atas. Semoga Anda mendapatkan kearifan luar biasa dari cerita tersebut !
          Di bawah adalah langkah atau panduan sebagaimana yang saya paparkan dalam tulisan terdahulu : Kearifan Di Balik Cerita, Menggali Kearifan Cerita Dengan Silence, Stillness, Solitude (3S) dan Langkah Membangun Silence, Stillness, Solitude (3S).

1. Cari tempat dan waktu yang tenang untuk membantu konsentrasi selama membaca.
2. Bacalah ceritanya pelan-pelan.
3. Ajukan pertanyaan untuk dijawab sendiri.
4. Ringkasan makna, manfaat, kearifan yang diperoleh dari cerita di atas.

Ikuti terus cerita menarik lainnya di edisi mendatang .............................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar