Dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan
perusahaan, organisasi disusun dalam unit-unit kerja yang lebih kecil, dengan
pembagian kerja, sistem kerja dan mekanisme kerja yang jelas. Setiap orang
dalam satu unit kerja mempunyai sasaran dan uraian tugas tertentu, sebagai
bagian dari sasaran unit kerja dimaksud.
Jadi kinerja perusahaan adalah agregasi atau
akumulasi kinerja semua unit organisasi, yang sama dengan penjumlahan kinerja
semua orang atau individu yang bekerja di perusahaan tersebut. Kinerja individu,
kenierja kelompok dan kinerja organisasi (perusahaan), dipengaruhi oleh banyak
faktor intern dan ekstern organisasi (Simanjuntak, 2005 : 1-3).
Kata kinerja, atau performansi (job performance)
lazim dipergunakan sebagai padanan dari prestasi kerja atau hasil kerja.
Sedangkan kata “penilaian prestasi atau evaluasi kinerja” merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris “ Performance Appraisal”.
Pengertian kinerja
Bernardin
dan Russel (1993) memberikan definisi tentang prestasi kerja (job performance)
sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan
tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (dalam Gomes, 2003
: 135).
Prestasi kerja, kinerja atau job performance oleh
Maier (1965) diberi batasan sebagai
kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan; dan oleh Lawler dan Porter (1967), diberi batasan
sebagai “successful role achievement” yang diperoleh seseorang dari
perbuatan-perbuatannya (dalam As’ad, 1987 : 46).
Dari batasan-batasan atau definisi di atas,
jelaslah bahwa yang dimaksud dengan job performance, atau kinerja, atau
prestasi kerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang karyawan/pegawai menurut ukuran yang berlaku, untuk pekerjaan
tertentu, selama kurun waktu tertentu.
Pengertian penilaian
atau evaluasi kinerja
Menurut Handoko
(2001 : 135), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses melalui
mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Menurut Simanjuntak
(2005 : 103), evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian
pelaksanaan tugas (performance)
seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu
perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang telah
ditetapkan lebih dahulu.
Kinerja berdasarkan
kesepakatan kerja
Dalam menjalankan suatu pekerjaan atau tugas,
para karyawan sejak awal telah menyepakati atau
setidaknya sudah tahu, apa persyaratan, keterampilan, dan sasaran yang
akan dicapainya. Inilah esensi daripada manajemen kinerja. Jadi, sejak awal
sudah ada suatu kesepakatan kerja. Berdasarkan itu, pengawasan dan atau
monitoring dijalankan pimpinan, dan kemudian hasil kerjanya dikaji (Armstrong, 1994 : 13). Evaluasi kinerja
merupakan bagian dari proses manajemen kinerja.
(Menurut Armstrong, 1994 : 14)
Bandingkan dengan unsur-unsur fundamental dari
proses penilaian - penilaian MBO (Management
by Obyektive) khususnya – sebagai berikut ini :
(Menurut Tulus, 1992 : 132)
Faktor
yang mempengaruhi prestasi kerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001:82) faktor-
faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
- Kemampuan mereka,
- Motivasi,
- Dukungan yang diterima,
- Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
- Hubungan mereka dengan organisasi.
Menurut David C. Mc Cleland
(1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001:68), berpendapat bahwa “Ada
hubungan yang positif antara motif
berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian
kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai
prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.
Menurut Robbins (1996 ), kinerja
sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi
atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu
kinerja = ƒ (A x M x O). Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor
kemampuan, motivasi dan kesempatan.
Tujuan
atau kepentingan penilaian prestasi kerja
Menurut
Tulus (1992 : 126-127) tujuan atau
kepentingan penilain prestasi kerja
dapat dilihat dari sudut karyawan dan perusahaan, sbb :
- Dari sudut karyawan, penilaian prestasi akan memberitahukan kepadanya bagaimana ia telah melakukan pekerjaannya. Apa tindak selanjutnya agar bisa lebih berprestasi di masa mendatang ?
- Dari sudut pandang perusahaan, evaluasi tersebut mempunyai maksud, antara lain :
- Untuk memperoleh dasar pengambilan keputusan promosi, transfer, demosi atau penurunan pangkat, dan PHK
- Untuk mengalokasikan imbalan-imbalan bagi para karyawan
- Untuk meyakinkan umpan balik bagi perorangan yang dapat menunjang pengembangan diri dan karirnya dan dengan demikian menjamin efektivitas perusahaan
Menurut
Handoko ( 2001:135-137), tujuan
penilaian prestasi kerja adalah
.............
- Untuk perbaikan prestasi kerja
- Untuk penyesuaian kompensasi
- Untuk keputusan penempatan
- Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan
- Untuk perencanaan dan pengembangan karir
- Akan mencerminkan proses staffing
- Akan mencerminkan keakuratan/ketidakakuratan informasional
- Akan mencerminkan desain pekerjaan
- Untuk memberi peluang kerja yang adil
- Untuk merespon tantangan eksternal
Sedangkan
menurut Gomes (2003: 135-136), ada 2
tujuan :
- Untuk mereward peformansi sebelumnya (to reward past performance), dan
- Untuk memotivasi perbaikan performansi pada waktu yang akan datang (to motivate future performance improvement)
Penilaian yang akurat
Menurut Handoko
(2001 : 138-139) penilaian
hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi kerja karyawan.
Untuk mencapai tujuan ini, maka …….
- Sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job related)
- Sistem penilaian harus praktis, artinya mudah dipahami penilai dan karyawan
- Sistem penilaian harus mempunyai standar (performance standars) dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan
- Sistem penilaian harus bersifat obyektif
Menurut Gomes (2003:136), penilaian
akurat adalah :
- Relevancy : kesesuaian antara kriteria dan tujuan penilaian
- Reliability : menunjukkan tingkat mana kriteria menghasilkan hasil yang konsisten (terpercaya)
- Discrimination : kriteria performansi bisa memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam performansi di antara karyawan
Tiga jenis kriteria
penilaian prestasi
Menurut Schuler
dan Jackson (1999 : 11-13, jilid II), terdapat 3 jenis kriteria sbb :
- Kriteria berdasarkan sifat yang memusatkan diri pada karakteristik diri seorang pegawai, misalnya : jujur, rajin, sopan, pendiam, disiplin, loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi, keterampilan memimpin
- Kriteria berdasarkan perilaku yang terfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan.Dibuat daftar perilaku yang harus diikuti karyawan. Misalnya : diukur sikap pelayanannya terhadap pembeli
- Kriteria berdasarkan produktivitas atau hasil. “Apa yang dicapai ketimbang bagaimana mencapainya”
Catatan : lihat dan bandingkan juga dengan tipe-tipe
kriteria performansi dalam buku “Manajemen Sumber Daya Manusia”, karangan Gomes
(2003 : 137-144)
Berbagai bias dalam
penilaian
Bias, artinya, melenceng, tidak akurat,
adanya kesalahan baik yang disengaja atau tidak oleh penilai. Menurut Handoko (2001 : 140-141) adalah sbb :
- Halo Effect (kesan bersifat umum, tidak konkrit)
- Kesalahan yang cenderung terpusat (central tendency/rata2)
- Terlalu lunak (liniency)
- Terlalu keras (strickness)
- Prasangka pribadi (etnis, agama, senioritas )
- Pengaruh kesan terakhir (recency effect)
- Kesan masa lalu juga berpengaruh besar
Pendekatan dan metode
penilaian prestasi
Handoko (2001 :
142-152) membagi pendekatan atau metode penilaian prestasi yang (1)
berorientasi pada masa lalu dan (2) berorientasi pada masa depan.
Dalam
buku karangan As’ad, berjudul “Psikologi Industri”, Penerbit Liberty
Yogyakarta, 1987 (walaupun buku lama)
juga terdapat contoh yang cukup lengkap mengenai metode penilaian prestasi.
Salah satu contoh sebagai berikut :
(Menurut
As’ad, 1987 : 27)
Dimensi ukuran obyektif
atau subyektif dalam penilaian prestasi
Menerut Handoko (2001 : 139), dimensi ukuran
prestasi kerja adalah apakah hal itu obyektif atau subyektif.
Ukuran tersebut disebut obyektif apabila ukurannya dapat dibuktikan atau diuji oleh orang
lain. Sebaliknya ukuran subyektif
adalah ukuran penilaian yang tidak dapat dibuktikan atau diuji oleh orang lain
Tindak lanjut penilaian
prestasi kerja : umpan balik
Yang dimaksud adalah “wawancara pertimbangan
prestasi. Wawancara penilaian
atau wawancara pertimbangan
prestasi dilakukan setelah penialaian prestasi, antara supervisor dan karyawan
yang dinilai prestasinya, atau periode peninjauan kembali prestasi kerja yang
memberikan kepada para karyawan sebagai umpan balik (Handoko, 2001:152-153).
Ada 3 pendekatan
- Tell and Sell Approach, meyakinkan karyawan untuk berprestasi lebih baik (cocok untuk karyawan baru)
- Tell and Listen Approach, memungkinkan karyawan menjelaskan latar belakang, alasan, perasaan mengenai prestasi kerjanya; juga bertujuan mengatasi reaksi perasaannya yang defensif
- Problem Solving Approach, mengidentifikasi masalah yang mengganggu prestasi kerja karyawan, dan memecahkannya melalui coaching atau konseling.
Bandingkan
dengan Mathis & Jackson, buku 2, 2002:105-106
Pihak yang dapat
mengadakan penilaian prestasi kerja
Menurut Tulus (1992 : 127) , yang berwewenang
menilai adalah :
- Seorang atasan menilai bawahannya (ada atasan langsung dan atasan lebih tinggi)
- Sekelompok atasan menilai bawahannya
- Sekelompok rekan sekerja menilai seorang rekan sekerja tertentu
- Para karyawan menilai atasannya
Namun dapat ditambahkan
- Para pelanggan menilai perusahaan dan karyawan
- Para karyawan menilai dirinya sendiri (self - appraisal)